Tingkat inflasi di Zona Euro mencapai rekor tertinggi pada Agustus sebesar 9,1 persen, yang dipicu oleh kenaikan harga energi di Eropa. Angka ini jauh lebih tinggi dari perkiraan sejumlah ekonom sebesar 9 persen. Berdasarkan data yang diterbitkan Kantor Statistik Eropa (Eurostat) pada Rabu (31/8/2022), menunjukkan harga energi mengalami kenaikan sebesar 38,3 persen.
Sedangkan harga makanan melonjak 10,6 persen. Selanjutnya, harga barang barang industri non energi naik 5 persen. Tingginya inflasi di Zona Euro disebabkan oleh krisis energi yang diperparah perang Ukraina Rusia. Melansir dari Bitcoin News, pipa Nord Stream 1 yang mengalirkan gas Rusia ke Eropa ditutup sejak Rabu kemarin hingga Kamis (2/9/2022) besok, karena alasan pemeliharaan.
Penutupan ini membuat banyak pihak khawatir, Rusia akan memperpanjang penutupan pipa Nord Stream 1. Moskow telah memotong aliran pipa ini sebesar 40 persen pada bulan Juni dan kembali mengurangi aliran sebesar 20 persen pada bulan Juli. Raksasa energi Rusia Gazprom mengatakan kepada publik pada Selasa (29/8/2022) lalu, pihaknya akan menghentikan pasokan gas ke perusahaan energi Prancis, Engie. Tingkat inflasi Prancis turun menjadi 6,5 persen di bulan Agustus, dari sebelumnya 6,8 persen di bulan Juli. Angka tersebut lebih rendah dari perkiraan ekonom yang disurvei Reuters sebesar 6,7 persen.
Spanyol juga mencatat inflasi yang melambat pada bulan Agustus sebesar 10,3 persen, dibandingkan dengan 10,7 persen di bulan Juli. Sementara itu, inflasi di negara dengan ekonomi terbesar di Eropa, Jerman, mencapai rekor tertinggi dalam 50 tahun, yaitu 8,8 persen secara year on year di bulan Agustus. Dikutip dari CNBC, Estonia saat ini memiliki tingkat inflasi tertinggi di Zona Euro sebesar 25,2 persen, diikuti Lithuania 21,1 persen, dan Latvia 20,8 persen.
Bank Sentral Eropa (ECB) diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga acuan, seperti yang telah dilakukan Federal Reserve AS (The Fed) belakangan ini. ECB dijadwalkan mengadakan pertemuan pada 8 September 2022. Para ekonom bertaruh ECB akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin. “Beberapa anggota cenderung menganjurkan kenaikan suku bunga 75 basis poin. Meskipun perlambatan ekonomi yang hampir pasti akan kita alami, bank sentral tidak akan berhenti di jalur pendakian mereka.” kata ahli strategi makro global di RBC Capital Markets, Peter Schaffrik.